Gerakan Non-Blok merupakan gerakan untuk tidak memihak salah satu blok kekuatan di dunia. Pendirian organisasi ini berperan dalam meredam ketegangan dunia. Keberadaan organisasi ini dapat membendung perluasan dari kedua blok yang sedang berseteru. Gerakan ini diikuti oleh sejumlah negara termasuk Indonesia. Indonesia bukan saja sebagai negara anggota, tetapi juga pendirinya.
Setelah perang dunia II berakhir dunia kemudian terbagi menjadi 2 blok, yaitu blok barat dan blok timur. Blok barat yang dipimpin oleh Amerika menganut paham Liberal. Sementara blok timur yang dipimpin oleh Uni Soviet menganut paham Komunis. Kedua blok tersebut saling berlawanan karena perbedaan paham yang dianutnya. Meskipun demikian, tidak semua negara bersedia mengikuti salah satu blok tersebut. Terdapat beberapa negara yang memilih bersikap netral dan tidak mau memihak kedua blok tersebut.
Di antara negara-negara netral tersebut antara lain: Indonesia, India, Mesir, Ghana, serta Yugoslavia. Atas inisiatif pemimpin dari negara-negara tersebut maka terbentuklah sebuah organisasi yang bernama Gerakan Non-Blok (GNB) atau Non-Aligned Movement (NAM). Pembentuk organisasi GNB ini antara lain Ir. Soekarno (Presiden Indonesia), Pandit Jawaharlal Nehru (Perdana Menteri India), Gamal Abdel Naser (Presiden Mesir), Joseph Broz Tito (Presiden Yugoslavia), dan Kwame Nkrumah (Presiden Ghana). Gerakan Non-Blok didirikan pada tanggal 1 September 1961 . Gerakan ini diilhami oleh Dasasila Bandung yang disepakati pada Konferensi Asia Afrika pada tahun 1955.
Gerakan Non-Blok dan Dasasila Bandung memiliki keterkaitan yang erat. Hal ini dapat dilihat dari salah satu asas yang dipakai oleh Gerakan Non-Blok. Asa tersebut adalah berusaha menyokong perjuangan kemerdekaan di semua tempat. Asas lainnya adalah memegang teguh perjuangan melawan imperialisme, kolinialisme, dan neokolonialisme. Semangat Dasasila Bandung juga terlihat dari tujuan-tujuan Gerakan Non-Blok yaitu berusaha mengembangkan solidaritas antar sesama negara berkembang dalam mencapai persamaan; kemakmuran; dan kemerdekaan, turut serta dalam usaha meredakan ketegangan dunia akibat perselisihan antara Blok Barat dan Blok Timur, dan berusaha membendung pengaruh baik/buruk dari Blok Barat maupun Blok Timur.
Deklarasi Bandung memuat sepuluh prinsip yang kemudian dikenal dengan nama "Dasasila Bandung". isi dari prinsip tersebut antara lain:
- Menghormati hak-hak dasar manusia dan tujuan-tujuan serta asas-asas yang tercantum dalam piagam PBB.
- Menghormati kedaulatan dan integritas semua anggota.
- Mengakui persamaan ras dan persamaan semua bangsa baik besar maupun kecil.
- Tidak melakukan intervensi atau campur tangan dalam soal-soal dalam negeri dari negara lain.
- Menghormati hak-hak tiap bangsa untuk mempertahankan diri sendiri atau secara kolektif sesuai dengan piagam PBB.
- Tidak mempergunakan peraturan dari pertahanan kolektif untuk bertindak khusus bagi salah satu negara besar dan tidak melakukan tekanan terhadap negara lain.
- Tidak melakukan tindakan atau ancaman agresi ataupun penggunaan kekerasan terhadap integritas teritorial dan kemerdekaan negara lain.
- Menyelesaikan segala permasalahan internasional dengan jalan damai.
- Memajukan kerjasama untuk kepentingan bersama.
- Menghormati hukum dan kewajiban-kewajiban internasional.
Peran Indonesia dalam Gerakan Non-Blok
Indonesia beranggapan bahwa hubungan luar negeri merupakan suatu kegiatan yang dilakukan antarbangsa baik itu regional maupun secara global melalui berbagai macam forum bilateral maupun multilateral yang ditujukan untuk kepentingan nasional dengan politik luar negeri bebas aktif sebagai landasannya. Kondisi tersebut diarahkan dengan ikut berperan aktif dalam mewujudkan tatanan dunia baru yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, serta keadilan sosial untuk meningkatkan hubungan kerjasama internasional, salah satunya adalah dengan memantapkan serta meningkatkan perannya dalam Gerakan Non-Blok.
Indonesia berperan penting dalam Gerakan Non-Blok, beberapa peran Indonesia tersebut antara lain:
- Indonesia merupakan salah satu negara pemrakarsa lahirnya GNB dengan Ir. Soekarno sebagai perwakilannya.
- Presiden Ir. Soekarno menjadi duta untuk menyampaikan keputusan KTT Non Blok I kepada Presiden Amerika Serikat John F. Kennedy.
- Indonesia menjadi penyelenggara dan ketua GNB dalam KTT GNB di Jakarta pada september 1992.
- Presiden Indonesia yang kedua, Soeharto merintis dibukanya kembali dialog utama selatan dalam KTT G-7 di Jepang tahun 1993 yang telah lama mengalami pemutusan.
- Indonesia mengusulkan dalam KTT GNB tentang kemajuan ekonomi, penghapusan penjajahan, dan kemurnian GNB tetap dipertahankan.
- Presiden Indonesia Soeharto menjadi pemimpin atau ketua GNB pada KTT X GNB di Jakarta tahun 1991.
- Indonesia mempunyai peran penting dalam meredakan ketegangan atau perpecahan di wilayah bekas Yugoslavia pada tahun 1991.
Langkah Indonesia dalam Meningkatkan Peranan dalam GNB
Adapun langkah yang ditempuh Indonesia dalam meningkatkan peranan di Gerakan Non-Blok yaitu sebagai berikut:
A. Meningkatkan kerjasama antar negara-negara anggota Gerakan Non-Blok
Salah satu upaya yang dilakukan oleh Indonesia pada masa perkembangan Gerakan Non-Blok adalah dengan cara meningkatkan keeratan kerjasama yang telah dibangun antar sesama negara anggota GNB, terutama dalam perkembangan kerjasama di bidang teknik dan ekonomi.
Hal tersebut merupakan contoh perwujudan kerjasama yang melibatkan negara maju meupun lembaga keuangan internasional.
Hal tersebut merupakan contoh perwujudan kerjasama yang melibatkan negara maju meupun lembaga keuangan internasional.
B. Berperan dalam penyelesaian masalah-masalah ekonomi internasional
Indonesia juga berperan dalam membantu menyelesaikan masalah-masalah dalam hubungan ekonomi internasional yang berperan dalam menunjang pembangunan yang berkelanjutan.
Salah satu peran Indonesia tersebut diwujudkan dengan meningkatkan dialog Utara-Selatan berdasar pada kepentingan dan tanggung jawab bersama, semangat kemitraan, saling ketergantungan, serta saling memberi manfaat.
Salah satu peran Indonesia tersebut diwujudkan dengan meningkatkan dialog Utara-Selatan berdasar pada kepentingan dan tanggung jawab bersama, semangat kemitraan, saling ketergantungan, serta saling memberi manfaat.
C. Menjadi salah satu pemimpin Gerakan Non-Blok
Sejak tahun 1992 hingga tahun 1995, Indonesia mendapat kepercayaan untuk memimpin organisasi GNB tersebut, yaitu dengan terpilihnya Soeharto menjadi Sekretaris Jenderal GNB yang saat itu Soeharto merupakan presiden Republik Indonesia ke-2. Indonesia kemudian menjadi negara yang selalu setia serta komitmen terhadap prinsip serta aspirasi GNB.
Berbagai prestasi telah diraih oleh Indonesia selama memimpin organisasi dunia tersebut yang diantaranya sebagai berikut:
1. Pada masa kepemimpinannya di GNB, Indonesia telah mampu membawa organisasi tersebut dalam menentukan arah serta menyesuaikan diri terhadap adanya perubahan-perubahan yang terjadi secara dinamis, yaitu dengan cara melakukan penataan kembali prioritas-prioritas lama organisasi dan menentukan adanya prioritas-prioritas baru serta menetapkan pendekatan dan orientasi yang baru pula.
2. Indonesia telah dianggap telah memberikan warna yang baru bagi organisasi tersebut, yaitu dengan menitikberatkan kerjasama pada pembangunan ekonomi dengan menghidupkan kembali dialog antara negara-negara selatan.
3. Indonesia telah dipercaya untuk membantu menyelesaikan pertikaian atau konflik regional di beberapa negara seperti konflik Kamboja, sengketa yang terjadi di Laut Cina Selatan, serta gerakan separatis Moro di Philipina.
4. Indonesia telah berhasil tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) GNB yang ke-110 di Jakarta dan Bogor pada 1 hingga 7 September 1992. KTT tersebut berhasil merumuskan suatu kesepakatan bersama yang kemudian dikenal dengan "Pesan Jakarta" yang didalamnya terkandung visi dari GNB.
Tags
Sejarah