Pendekatan-Pendekatan dalam Ilmu Politik


A. Pengertian dan Fungsi Pendekatan

Approach (pendekatan) merupakan keseluruhan sikap penyelidikan, sudut pandangan, ukuran pangkal duga dan kerangka dasar pemikiran yang dipakai untuk mendekati sesuatu sasaran dan memahami pengetahuan yang teratur dan bulat mengenai sasaran/obyek yang ditelaah oleh sesuatu ilmu pengetahuan.

Fungsi dari sebuah pendekatan dalam ilmu politik yaitu sebagai tuntunan umum untuk mempelajari fenomena politik sehingga akan mengetahui cara menyeleksi fenomena yang relevan dengan apa yang sedang kita teliti. Sebuah pendekatan itu perlu tetapi tidak ada jaminan bahwa pendekatan yang digunakan itu berguna.

B. Mengapa Harus Menggunakan Pendekatan?


  1. Dapat berfungsi secara holistik, namun dapat juga berfungsi untuk menjelaskan suatu masalah secara bertahap.
  2. Kemungkinan dapat menentukan kerangka kerja, bentuk-bentuk konseptual.
  3. Dapat berfungsi sebagai motivasi untuk menciptakan sebuah teori politik.
  4. Dapat memberikan petunjuk metodologi yang berbeda-beda.


C. Macam Pendekatan

Ada beberapa macam pendekatan :
a) Berdasarkan ilmu pengetahuan, misalnya pendekatan sejarah, pendekatan psikologi, dll.
b) Pendekatan-pendekatan yang digunakan oleh para sarjana ilmu politik dewasa ini, misalnya pendekatan tradisional, pendekatan behavioral dan pendekatan post-behavioral.

1. Pendekatan berdasarkan Ilmu Pengetahuan

Pendekatan Sejarah atau Historical Approach
Pendekatan sejarah melakukan pembahasan mengenai sejarah tentang negara-negara sejak munculnya negara, perkembangannya sampai matinya suatu negara merupakan keterangan yang sangat berguna bagi ilmu politik untuk dilakukan sebuah analisa dan perbandingan.

Pengetahuan sejarah yang dapat diterapkan dalam ilmu politik adalah tentang susunan, power dan ciri-ciri pokok daripada pemerintahan-pemerintahan negara yang ada pada saat ini dapat lebih dimengerti dan dipahami dengan mempelajari sejarah perjuangan kekuasaan dari negara-negara yang bersangkutan di masa lampau.

Pendekatan Psikologi atau Psychological Approach
Pelopornya Harold D. Lasswell dan Schuman. Pendekatan ini dapat menganalisa latar belakang psikologis dari kehausan akan kekuasaan, motif-motif dan hasrat manusia yang berusaha memperoleh dan menggunakan kekuasaan.
Menurut Lasswell, dorongan dan keinginan akan kekuasaan yang mendorong dan menggalakkan para penguasa timbul sebagai imbangan terhadap rasa lemah dan rendah diri yang dimiliki para penguasa. Persoalan-persoalan di dalam ilmu politik seperti propaganda politik, public opinion, kebebasan seseorang akan lebih dimengerti dan dipahami lebih mendalam dengan bantuan pendekatan psikologi.

2. Pendekatan yg digunakan oleh para sarjana ilmu politik dewasa ini

Pendekatan Tradisional
Pendekatan ini sering disebut pendekatan institusional/pendekatan legal-institusional. Pendekatan ini menghubungkan studi politik dengan hukum/sistem perundang-undangan.

Kelemahannya:

  • Bahasan lebih bersifat deskriptif & hanya memakai ulasan sejarah sehingga kurang memberikan sumbangan terhadap terbentuknya teori-teori baru.
  • Bahasan terbatas pada negara-negara demokrasi barat seperti Inggris, Amerika Serikat, Perancis, Belanda & Jerman dimana dalam proses pembahasan, fakta dan norma kurang dibedakan satu sama lain malahan sering kait mengkait.
  • Lebih bersifat normatif dengan mengasumsikan norma-norma demokrasi ala Eropa Barat.
  • Lebih bersifat preskriptif.


Pada pertengahan dasawarsa 1930-an para sarjana ilmu politik di Amerika Serikat mulai memperjuangkan suatu pandangan untuk melihat politik sebagai kegiatan/ proses dan negara sebagai arena perebutan kekuasaan di antara berbagai kelompok dalam masyarakat. Mazhab Chicago (Chicago School) mengatakan bahwa esensi dari politik adalah kekuasaan dan kekuasaan menentukan public policy.

Pendekatan Behavioral
Timbul sebagai akibat adanya ketidakcocokan antara apa yang dibahas, dianalisis dan dipelajari dengan apa yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari terutama berkaitan dengon proses penyelenggaraan negara. Pendekatan ini hadir sebagai protes atas ketidakpuasan terhadap prosedur/cara melakukan studi politik yang tradisional.

Kritik dari para penganjur Pendekatan Behavioral terhadap Pendekatan Tradisional adalah bahwa tidak ada gunanya membahas lembaga-lembaga formal karena bahasan itu tidak banyak memberikan informasi tentang proses politik yang sebenarnya. Lebih bermanfaat bagi peneliti untuk mempelajari manusia itu sendiri serta perilaku politiknya sebagai gejala-gejala yang benar-benar diamati.

Umumnya pendekatan behavioral tidak hanya meneliti perilaku dan actionnya, melainkan juga orientasi terhadap kegiatan tertentu seperti sikap, motivasi, persepsi, evaluasi, tuntutan, harapan dan sebagainya. Penelitiannya lebih bersifat interdisipliner dampak faktor pribadi, sosiol, ekonomi dan budaya. Ciri khas dari pendekatan ini yaitu orientasi kuat untuk lebih mengilmiahkan ilmu politik.

Konsep pokok /Credo /Creed of Relevance:

  • Perilaku politik menampilkan regularities/keteraturan yang dapat dirumuskan dalam generalisasi.
  • Generalisasi ini pada dasarnya harus dapat dibuktikan keabsahan/kebenarannya/verification.
  • Teknik-teknik penelitian yang cermat harus digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data tentang perilaku.
  • Pengukuran dan kuantifikasi (statistik dan matematika) harus digunakan untuk mencapai kecermatan dalam penelitian sehingga hasil penelitiannya sangat obyektif.
  • Harus ada usaha untuk membedakan secara jelas antara norma dan fakta. Value free dan netralitas dalam mengadakan eksplanasi sangat diperhatikan.
  • Penelitian harus bersifat sistematis dan berkaitan dengan pembinaan teori.
  • IImu politik harus bersifat murni/pure science. Artinya usaha untuk memahami dan menjelaskan perilaku politik harus mendahului usaha untuk menerapkan pengetahuan itu bagi penyelesaian masalah-masalah sosial.


Kritik dari para penganjur Pendekatan Tradisional:
Pendekatan Behavioral terlalu steril karena menolak untuk memasukkan nilai dan norma dalam penelitian. Pendekatan Behavioral tidak mempunyai relevansi dengan realitas politik dan buta terhadap masalah sosial yang gawat sekalipun.

Pendekatan Post-Behavioral
Pendekatan ini muncul akibat banyaknya masalah yang meresahkan masyarakat, seperti perlombaan senjata dan diskriminasi rasial. Pendekatan Post-Behavioral memperjuangkan perlunya relevance and action dan mendukung sepenuhnya perIunya meningkatkan mutu ilmiah dari ilmu politik.

Konsep pokok /Credo /Creed of Relevance:

  • Dalam usaha mengadakan penelitian empiris dan kuantitatif, ilmu politik menjadi terlalu abstrak dan tidak relevan dengan masalah sosial yang dihadapi.
  • Pendekatan Post-Behavioral secara terselubung bersifat konservatif sebab terlalu menekankan keseimbangan dalam suatu sistem dan kurang memberi peluang untuk perubahan.
  • Penelitian tidak boleh menghilangkan nilai malahan perlu mendapatkan bahasan. Dengan kata lain, ilmu tidak bisa netral dalam evaluasinya (value-free).
  • Para cendikiawan mempunyai tugas-tugas yang historis dan unik untuk melibatkan diri dalam usaha mengatasi masalah sosial dan mempertahankan nilai-nilai kemanusiaan.
  • Pengetahuan membawa tangung jawab untuk bertindak dan sarjana harus engage atau committed untuk secara aktif mengubah bentuk masyarakat (reshape society) dan membentuk masyarakat yang lebih baik. Sarjana harus action-oriented.


Meningkatkan usaha untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi masyarakat di bidang baru, seperti ilmu kebijakan/policy science yang meneliti substansi dari kebijakan-kebijakan pemerintah dan dampaknya terhadap masyarakat.

Dava

Hanya seorang manusia biasa yang hobi nonton film dan main game

Post a Comment

Previous Post Next Post

Contact Form